I still don't get any support for this idea. One of my friend, which is financially strong connected, said that it won't financially be feasible!! So, what do you think? Isn't Malaysia-Singapore-Indonesia market large enough to have a good business with this? Learning from Hengchun earthquake, do we really need route diversity ? Of course, there is "oversupply" on the northern route (EAC-C2C, APCNx, etc.) but is there no enough reason for telcos/companies to buy capacity on this route ? :-D
Below is only a rough drawing; sure you don't have to transit in Sangatta/Borneo. Instead, you could put some BUs for possible connections to the Philippines and perhaps Brunei.
By the way, besides "Alternative", I would call this as SIG (Singapore, Indonesia, Guam) Cable, or may be MSIG (+Malaysia) Cable, or also perhaps SGE (Souteast-asia Guam Express) Cable.
5 comments:
many of our peoples think that connecting from Indonesia to Singapore is more easier, more cheaper and more faster
Great idea.
we need alternate routing.
if possible why guam--surabaya-Port Botany (Sydney).
because link sby-jtk-sin
indonesian provider have many alternate cable.
sory if i am wrong :)
RI-Korsel Jajaki Backbone Internasional
Achmad Rouzni Noor II - detikinet
Instalasi Kabel Laut (ist/3utech.com)
Jakarta - Indonesia menjajaki kemungkinan untuk menarik kabel serat optik langsung dari Korea Selatan untuk jalur backbone internasional.
Hal ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh kepada Menteri Ekonomi Korea Selatan Lee Youn-Ho, saat mengadakan pertemuan bilateral di Jakarta, akhir pekan lalu. Pertemuan ini sejatinya membahas kesepakatan kedua belah pihak untuk pengembangan kerjasama di sektor teknologi komunikasi informasi (ICT).
Kepala Pusat Informasi Depkominfo Gatot S Dewa Broto menjelaskan, kemungkinan kerjasama infrastruktur serat optik ini perlu dijajaki sebagai jalur alternatif lain.
"Ini dilatarbelakangi putusnya backbone serat optik internasional akibat gempa bumi 7,1 skala richter di dekat Taiwan pada akhir Desember 2006 lalu," ujarnya, Selasa (10/3/2009).
Imbasnya, sistem komunikasi kabel laut (SKKL) Southeast Asia-Middle East-Western Europa (SMW3) dan Asia Pasifik Cable Network (APCN) rusak parah. Kejadian ini membuat Indonesia dan negara lain di Asia sempat panik untuk beberapa waktu.
Gempa bumi tersebut tidak hanya berakibat pada terganggunya komunikasi suara, tetapi juga komunikasi data khususnya internet serta pada transaksi pasar finansial, seperti terganggunya keterhubungan jalur trafik Internet via Singapore Telecom Internet Exchange (STIX) yang menghubungkan Indonesia-Singapura-Hong Kong hingga Jepang, Korea dan Taiwan yang menuju Amerika Serikat.
Pasca musibah Taiwan tersebut telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk mem-back up kontinuitas layanan telekomunikasi melalui satelit dan mencari alternatif sambungan backbone internasional lainnya yang bisa langsung tergubung ke Tier 1. Juga seperti pembukaan keterhubungan antara Indonesia dengan Australia yang sedang dibangun saat ini.
"Bukti konkret ini telah dipersyaratkan kepada pemenang lelang sambungan langsung internasional (SLI)," ujar Gatot.
Pemenang SLI wajib menyediakan koneksi ke jaringan backbone internet Tier-1 (IP Backbone) pada lima tahun pertama, yakni Batam-Singapura dengan jarak 40 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level, Singapura-Amerika Serikat dengan jarak 17480 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level 2, Singapura-Hongkong dengan jarak 3180 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level 2, dan Hongkong-Amerika Serikat dengan jarak 15500 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level 3.
from:http://www.detikinet.com/read/2009/03/10/132459/1097026/328/ri-korsel-jajaki-backbone-internasional
ada yang mengetahui route nya gak ? dan terminasi nya d mana ?
hehehe... sepertinya omongan saja, realisasi kabel baru Indonesia Australia belum ada, utk kabel korea-indonesia ? hmmm nggak akan efisien
Pengusaha Lokal Bangun Kabel Laut Surabaya-HongKong
Steven Lenakoly - detikinet
Submarine Cable Surabaya-Hongkong (stv/inet)
Surabaya - Indonesia akan memiliki satu alternatif lagi untuk backbone internasional. Hal ini terwujud lewat pembangunan serat optik bawah laut sepanjang 4.300 km dari Surabaya ke HongKong.
Pembangunan serat optik ini merupakan inisiatif dari PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) Indonesia, yang ternyata dimiliki oleh pengusaha lokal Dahlan Iskan. FIC Indonesia bisa menarik kabel laut sampai daratan HongKong berkat kerjasamanya dengan Telemedia Pacific Inc (TPI) HongKong.
Sementara, vendor untuk jaringan kabel lautnya sendiri adalah NEC dari Jepang. Perusahaan ini tak lain adalah perusahaan sama yang ikut dalam tender pembangunan proyek Palapa Ring.
President Director PT FIC, Linggar Mulyono menargetkan, proyek penanaman kabel antarnegara yang memakan total investasi US$ 200 juta ini, diharapkan bisa rampung dibangun selama dua tahun.
"Kami harap tahun 2011 sudah selesai. Sejak penandatangan hari ini, kami akan langsung melakukan survey teknis agar kabel bisa segera dibangun mulai pertengahan tahun ini," ucapnya di sela signing ceremony yang berlangsung di Graha Pena, Ahmad Yani, Surabaya, Sabtu (28/3/2009).
Linggar menjelaskan, jika jaringan serat optik ini sudah bisa dioperasikan nantinya, maka kemampuan kapasitas transfer data yang akan dimiliki mencapai 1,9 terabit per detik (Tbps).
"Ini setara kemampuannya dengan seluruh bahasa di dunia diucapkan secara bersamaan. Kapasitas yang cukup besar ini kami harap bisa memenuhi kebutuhan Indonesia," lanjutnya.
Proyek kabel bawah laut ini memang menghubungkan Surabaya-HongKong. Namun sebelum sampai di Surabaya, kabel terlebih dulu dicabangkan ke Jakarta. Selain Jakarta, kabel ini juga dipersiapkan untuk singgah di negara lain semisal Singapura, Manila, dan Kuala Lumpur.
( rou / rou )
" woow that's good but that many cable in south china sea" if earthquake probable many can many fiber will be cuts.. why not suing alternate route??
http://www.detikinet.com/comment/2009/03/28/183813/1106523/328/pengusaha-lokal-bangun-kabel-laut-surabaya-hongkong
Post a Comment